Sabtu, 29 Desember 2012

Banjir, Lurah harus paling depan

Jakarta - Lagi-lagi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengkritik keras kinerja jajarannya yang dinilai lamban merespons banjir di sejumlah wilayah DKI saat hujan deras melanda beberapa waktu lalu. Di hadapan jajaran pejabat wali kota, sudin, camat, dan lurah se-Jakarta Selatan, Jokowi mewanti-wanti jajarannya agar merespons lebih cekatan jika banjir terjadi lagi.

"Kalau misalnya ada banjir, kalau saya datang lurahnya keduluan saya, awas!" ujar Jokowi dalam sambutannya dihadapan pejabat se-Jaksel di kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jalan Prapanca Raya, Jumat (28/12/2012).

Jokowi mengatakan saat ini dengan zaman yang berubah cepat, jangan sampai berada pada rutinitas harian yang monoton.

"Kita bisa ditinggal zaman. Saya harap, cara bergaul kita yang dulu eksklusif dan vertikal itu harus berubah. Sekarang zamannya demokrasi, horizontal, inklusif. Pak Lurah jangan di kantor saja. Tengok di kampung, lihat masalah yang ada," cetusnya.

"Jangan sampai ada masalah tidak beres di bawahnya. Kemarin ada genangan di HI. Pertama saya diam. Pikiran saya, dari dinas yang ada itu sudah bergerak. Dari dinas PU urusan air, Dishub masalah kemacetan. Tapi saya tunggu tidak ada," tuturnya.

Menurut mantan wali kota Solo ini, respons lamban jajarannya akan membentuk persepsi publik jika Pemprov DKI Jakarta tidak mampu mengatasi persoalan.

"Sehingga persepsi masyarakat bilang kita ini diam saja. Banyak yang mencaci-maki kita. Percuma kita kalau kita bekerja bertahun-tahun tapi hancur dalam dua hari karena salah persepsi. Setiap ada masalah, turun! Jangan keduluan saya!" tegas Jokowi.

1 komentar:

  1. JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 20 RT di RW 05, RW 07, dan RW 08 Kelurahan Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan terendam banjir dari luapan Kali Angke, Jakarta Barat. Sekitar 5.350 jiwa dari 1.750 Kepala Keluarga terendam air dengan ketinggian sekitar 1 meter.

    "Paling parah di RW 05, ketinggian air sampai 1,2 meter," kata Amrin Ismail, Lurah Wijaya Kusuma di Grogol Petamburan pada Rabu (16/1/2013).

    Amrin Ismail mengatakan, di RW 05 terdapat sembilan RT yang terendam banjir, yaitu RT 01, 02, 03, 06, 07, 08, 09, 10 dan RT 11. Terdapat 2.500 jiwa dari 800 kepala keluarga yang tergenang air di RW tersebut. Mereka mengungsi di Masjid Nurul Islam dekat gedung Kopri, Kelurahan Wijaya Kusuma.

    RW lain yang terendam banjir, kata Amrin Ismail, adalah RW 07 Wijaya Kusuma. Sebanyak tujuh RT di RW tersebut tergenang air setinggi 30 cm hingga 1,2 meter. Sedangkan di RW 08 terdapat empat RT yang terendam banjir, yaitu RT 02, 03, 04, dan RT 05.

    Menurut Amrin, luapan banjir berasal dari Kali Angke yang berasal dari Kali Mookervart. Pompa air tidak bisa digunakan karena banjir bukan berasal dari hujan, tetapi luapan kali-kali besar. Sampai saat ini, kata Amrin, bantuan sudah datang dari Palang Merah Indonesia (PMI), Dinas Sosial DKI, posko kesehatan, dan posko dari kecamatan.

    Sebagian warga masih ada yang menunggu rumah, sedangkan korban banjir wanita dan balita telah mengungsi ke tempat-tempat pengungsian. Pantauan Kompas.com, posko-posko kesehatan dan dapur umum berdiri di beberapa titik. Bahkan di Jalan Raya Tubagus Angke terdapat tiga tenda yang dipasang di badan jalan untuk para pengungsi banjir.

    BalasHapus

Saran dan Masukan silahkan

Arsip Blog

Pengikut

Linkedin

Kontributor