Selasa, 30 Juli 2013

Berani Karena Benar kata Ko Ahok

Ternyata pancingan Wakil Gubernur Jakarta, Basuk Tjahaja Purnama alias Ahok soal ada preman dan anggota DPRD yang bermain di belakang kisruhnya penertiban PKL di Pasar Tanah Abang berhasil.
Merasa gerah, akhirnya Lulung Abraham Lunggana yang selama ini dikenal sebagai ‘penguasa’ Tanah Abang menampakkan batang hidungnya dan balik menyerang Ahok dengan menyebutnya sakit jiwa. Lulung juga meminta Jokowi untuk menegur wakilnya itu yang dianggap selengean.
Siapa yang tidak kenal Haji Lulung? Sebelum jadi anggota DPRD dan menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD, Lulung adalah tokoh  Pasar Tanah Abang yang disegani. Boleh jadi aparat pun segan mengusik kiprahnya di Tanah Abang selama ini.
Tapi Ahok, demi menegakkan aturan tidak pandang buluh. Jurus mabuknya akan menghajar siapa saja yang dianggap tidak patuh.

Gilanya, Ahok tidak gentar sedikit pun menyerang Haji Lulung yang dianggapnya tidak tahu Perda tentang Ketertiban Umum yang justru dibuatnya sendiri.
Ahok juga mengatakan, bahwa Lulung itu tidak layak jadi anggota DPRD, karena seharusnya menegakkan peraturan malah mengajak para PKL melanggar aturan dengan tetap berjualan di pinggir jalan.
Untuk itulah Ahok berani mengusulkan kepada Menteri Dalam Negeri untuk memecat Lulung sebagai anggota DPRD.
Sebenarnya melihat sikap Ahok ini jadi sedap-sedap ngeri juga berani berhadapan dan menantang Lulung sebagai ‘penguasa’ Tanah Abang dan Wakil Ketua DPRD. Ini risikonya berat sekali.
Ditambah lagi Lulung memiliki ormas-ormas yang tentu memiliki banyak anak buah yang siap dikerahkan untuk menyerang atau minimal menakuti Ahok.
Sedap-sedap  karena baru sekarang ada pejabat yang berani benar-benar bertindak untuk menegakkan aturan. Khususnya di Pasar Tanah Abang yang selama ini seakan tak tersentuh. walaupun keadaannya sudah amburadul dan premanisme merajalela.
Tapi Ahok dengan gaya koboi dan jurus mabuknya pantang mundur demi menegakkan aturan yang selama ini dipermainkan. Apapun yang terjadi Tanah Abang harus tertib. PKL harus mau direlokasi. Tidak boleh berjualan di badan jalan karena melanggar aturan.
Harus jujur diakui ketidak-disiplinan dan banyaknya ketidak-beresan di negeri kita ini karena sangat jarang pejabat yang mau dan berani menegakkan aturan setegak-tegaknya.
Tak heran di negeri ini kalau ada istilah aturan itu dibuat untuk dilanggar. Berapa pun aturan yang dibuat tidak mampu mengubah keadaan lebih baik dan tertib.Tapi berbeda dengan Ahok yang tidak ingin bermain-main dengan aturan. Aturan harus ditegakkan. Walau dibilang kejam dan mirip Firaun. Pantang mundur. Semua dilabas.
Sekali lagi, bila negeri ini mau maju dan terbang tinggi harus dimulai dengan pemimpinnya yang sadar dan berani untuk menegakkan aturan yang ada.
Jangan seperti saat ini. Dimana yang seharusnya menegakkan aturan justru yang membuat aturannya menjadi bengkok. Aturan jadi tidak jelas. Akhirnya jadi omong kosong aturan yang dibuat sebaik apapun.
Apa yang dilakukan Ahok sejatinya didukung publik yang rindu akan perubahan untuk Jakarta yang lebih baik. Karena apa yang dilakukan Ahok adalah murni menegakkan aturan. Walau untuk itu ia harus mendapat caci dan dibenci yang kepentingannya tergganggu.

nah kira kira di wilayah kita ini ada kah pemimpin seperti ini yang tidak silau karena jabatan, uang bahkan kepentingan pribadi semata.

semua tahu kalau banyak sekali PR yang harus kita kerjakan bersama untuk wilayah kita khsusnya RW 06 mulai dari jalan rusak, surat tanah, kebersihan, kemanan dll yang sepertinya dilihat hanya menjadi tanggung jawab segelintir orang saja. " kan ane dah bayar kebersihan" jadi bukan urusan ane ngebersihin got. " kan gw dah bayar keamanan jadi jangan sampe ada maling yah. kalimat tersebut mungkin pernah terlintas dibenak kita dan selalu menjadi arogansi atau ego seseorang. padahal kalo saja kita ikut serta sedikit dalam masyarakat entah cuma bisa nimbrung bareng tetangga, atau ikut serta bersih2 wilayah sendiri.

satu hal yang pasti, sudah lama wilayah kita terbelenggu dengan ego dan kepentingan seseorang makanya terlihat jelas pembangungan yang " itu - itu aja" atau terkesan tidak ada perubahan karena memang kita yang tidak ingin maju. diluar sana sudah banyak wilayah yang bicara bank sampah, RT RW net, ekonomi rakyat, potensi sampah, capasity building dll tapi diwilayah kita masih berkutat masalah banjir, kemanan, kebersihan dan hampir 10 tahun terkahir tema ini belum beranjak naik. timbul pertanyaan : sulit dirubah atau memang jangan sampai berubah ( tidak ingin perubahan ). karena ingat perubahan itu diperlukan aksi kecil dan di lanjutkan oleh pemberdayaan masyarakat. jika tidak ya susah.

penulis masih positif akan perubahan itu akan terjadi di wilayah kita dan tidak akan bosan untuk terus menulis untuk keperluan penyamaan visi kita. ( mohon doa restu kedepan pusgemas rw 06 akan membuat media independen / jurnalis warga ) dan akan dicetak secara hard copy

salam berani 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan Masukan silahkan

Arsip Blog

Pengikut

Linkedin

Kontributor