Senin, 12 Maret 2012

Jejak Belanda di Tanah AIR


BERITAJAKARTA.COM — 24-12-2011 13:19
Indonesia merupakan negara yang strategis bagi jalur perdagangan laut sejak zaman dahulu kala. Tak heran, Belanda begitu ngotot menjajah Indonesia agar bisa memonopoli perdagangan rempah-rempah Indonesia. Bahkan, untuk memuluskan praktik monopoli itu Belanda mendirikan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) atau persekutuan perdagangan Belanda. 

Penjajahan Belanda yang berlangsung selama tiga setengah abad memang menyisakan banyak jejak di Indonesia, salah satunya kisah galangan kapal VOC yang dibangun untuk perbaikan dan pembuatan kapal untuk membawa hasil bumi dan rempah-rempah Indonesia.

Gedung Galangan Kapal VOC yang terletak di Jalan Kakap No 1-3, Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan bangunan bersejarah yang didirikan para penjajah Belanda sejak tahun 1628. Ketika itu, VOC menjadikan tempat tersebut sebagai galangan kapal-kapal kecil dengan pekerja orang-orang pribumi. "Selain membuat kapal kecil, bangunan ini juga menjadi tempat perbaikan atau dok bagi kapal-kapal besar yang mengangkut rempah-rempah," kata Gatut Dwi Hastoro, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, Sabtu (24/12).

Gedung yang dibangun di atas lahan seluas 2.000 meter persegi ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dua bangunan lainnya yang berada di seberang jalan, yakni Museum Bahari yang dahulunya menjadi gudang rempah-rempah, dan Menara Syahbandar yang dahulunya berfungsi sebagai navigasi kapal-kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa. "Galangan kapal VOC merupakan tempat untuk memperbaiki kapal-kapal besar yang memakan waktu berbulan-bulan lamanya," ujarnya.

Berbagai golongan para pekerja berada di galangan kapal ini, seperti bagian pembukuan, pembuat peta, dan pegawai administrasi berasal dari para pekerja pribumi. "Mereka bekerja dan sebagian tinggal di gedung utama bersama dengan pejabat tertinggi di kompleks galangan itu, yakni Equipagemeester atau Commandeur. Pekerja pribumi dipaksa bekerja keras, diberi makanan yang tidak layak, dianiaya dan dihukum berat karena kesalahan atau masalah sepele," ucapnya.

Galangan Kapal VOC merupakan salah satu unsur penting bagi jaringan niaga di dunia. Kapal-kapal berukuran besar dan kecil dari beberapa negara biasa bongkar muat di galangan itu, dan berlayar menyeberangi lautan Pasifik, Hindia serta Atlantik dan singgah di berbagai pelabuhan antara lain Amsterdam dan Nagasaki. "Di kawasan ini juga terdapat Pasar Ikan yang menjadi pusat perdagangan utama di Asia. Bahkan, hampir selama dua abad wilayah ini merupakan urat nadi jaringan perniagaan," paparnya.

Untuk mempertahankan keberadaan bangunan tersebut, pada tahun 1999, gedung Galangan Kapal VOC yang berlantai dua itu, dijadikan sebagai tempat bersejarah, dan untuk pelestariannya, Pemprov DKI Jakarta melibatkan pelestarian cagar budaya tersebut kepada pihak swasta untuk mengelola dan merenovasinya. "Pemerintah pada waktu itu terkendala anggaran untuk merenovasi bangunan, karena merawat bangunan tua biayanya lebih mahal daripada bangunan baru, sehingga pemerintah menyerahkan kepada swasta. Tetapi, kami terus mengawasi dan memantau keberadaan bangunan tersebut," ucapnya.

Bangunan ini memang cukup unik, karena menerapkan perpaduan arsitektur Cina dan Eropa. Selain itu, struktur asli pada bagian jendela, pintu, lantai, dan hiasan dinding lainnya masih dipertahankan. "Pemilik pernah melakukan renovasi pada bagian bangunan yang rusak. Tapi renovasi tetap kami pantau demi mempertahankan nilai sejarah," kata dia.

Menurutnya, keberadaan pihak swasta tersebut dalam mengelola dan merenovasi bangunan bersejarah itu mendapat apresiasi dari Pemprov DKI Jakarta. Sebab, selama hampir 12 tahun bangunan ini dirawat dan dikelola dengan baik oleh pemilik bangunan tersebut. Bahkan, bangunan tersebut dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai rumah makan, kafe maupun galeri, sehingga para wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik berkunjung ke Galangan Kapal VOC. "Pada dasarnya bangunan itu boleh saja dipakai selama tempat itu bermanfaat untuk hal yang positif. Pihak pemerintah, masyarakat, dan pengelola bangunan juga berkomitmen untuk terus merawat, menjaga, dan melestarikan bangunan bersejarah itu," terangnya.

Sementara itu, Kim (55), Staf Pengelola Gedung Galangan Kapal VOC menambahkan, meski beberapa bangunan ini beralih fungsi menjadi restoran, kafe, galeri, sekolah musik, dan dansa tradisional Cina. Namun, pihaknya tetap menjaga keaslian struktur bangunan tersebut. Sebab, pihaknya ingin mempertahankan nilai sejarahnya yang telah dibangun selama 5 abad ini. "Kami telah dua kali merenovasi bangunan ini, tapi kami juga tetap menjaga keaslian bangunan bersejarah ini," ungkap Kim.

Menurutnya, pada saat akhir pekan cukup banyak wisatawan lokal yang berkunjung di Galangan Kapal VOC untuk sekadar makan atau ngobrol. Bahkan, ada juga wisatawan dari Belanda yang sengaja datang untuk mengenang sejarah bangunan yang didirikan oleh leluhurnya. "Kami setiap hari buka dari pukul 11.00 hingga 18.00, dan libur setiap hari Selasa," tandasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan Masukan silahkan

Arsip Blog

Pengikut

Linkedin

Kontributor