Jumat, 13 Juli 2012

Jakarta baru untuk Siapa ? Pilkada DKI 2012

sebelumnya penulis ingin memberikan apresiasi kepada seluruh warga jakarta yang ikut partisipasi dalam Pilkada DKI 2012 dengan tertib dan menjaga keamanan tetap kondusif. kalau boleh kita berikan " standing applause " atau tepuk tangan sambil berdiri dimana selalu diberikan jika melihat sesuatu yang luar biasa.

Perhitungan suara di TPS 038 Rt 009/06 Kelurahan
Wijaya Kusuma Grogol Petamburan Jakarta Barat
keadaan ini juga berlaku hampir disetiap TPS dimana penulis melihat terutama di TPS 038 RT 009 RW 06. aktivitas yang dimulai dari pukul 07.00 wib, panitia kpps menggunakan seragam putih hitam guna menjaga netralitas di TPS.

saksi dari partai juga terlihat hadir dari kubu Foke, Hdayat nur wahid dan tidak ketinggalan saksi Jokowi dengan kemeja khasnnya.

penulis bersama istri hadir pada pukul 09.00 wib untuk memberikan suara. suasana TPS bersahaja ditambah suara gendingan khas jawa yang ternyata dipersiapkan oleh panitia. terlihat juga kotak snack yang disediakan oleh panitia. Bilik yang disediakan dimodifikasi dengan modal tambahan menjadi ruang yang layak
untuk memberikan suara, terlihat disini panita sepertinya mengeluarkan modal tambahan sendiri untuk modifikasi bilik suara.




Hasil suara di RW 06 Wijaya Kusuma


jarum jam menunjukkan pukul 12.30 wib artinya waktu pemilihan pilkada DKI 2012 tersisa setengah jam lagi padahal daftar hadir peserta masih tertera 377 dari 568 DPT. artinya masih banyak peserta yang belum hadir ke TPS, waduh timbul pertanyaan apakah mereka tidak hadir karena Golput, tidak menerima undangan atau karena hari kerja yang dipilih KPU DKI.

menurut hasil perhitungan cepat LSI "golongan putih" ini meningkat menjadi 40%...wow padahal incumbent Fauzi-Nara hanya memperoleh 34,17 % dan Jokowi unggul 43,04 % dari jumlah pemilih.

berbagai hasil quick count juga memberikan hasil yang sama dengan jokowi sebagai jawaranya..
ada apa ini ?..apa yang terjadi....apakah ini artinya rakyat Jakarta menginginkan perubahan..padahal seorang Jokowi efektif berada di Jakarta 3-6 bulan dari proses pendaftaran Cagub dan Cawagub DKI sampai dengan masa pemilihan sedangkan calon lainnya mungkin sudah lebih lama khususnya incumbent yang sudah menjalani periodenya selama 10 tahun ini.

jika ada komentar silahkan, pastinya akan banyak sekali pendapat dari berbagai sudut pandang.

sementara itu ada juga kejadian fenomenal yang luar biasa dimana pasangan independen non partai yang bisa mengalahkan telak pasangan dari partai besar yang pernah berkuasa 32 tahun di negara tercinta ini. perubahan apa yang telah terjadi...

berikut hasil perhitungan cepat Kompas : pukul 15.30 wib
1. Fauzi Bowo-Nara   34,36%
2. Hendardji-Riza        1, 89%
3. Jokowi-Ahok           42,62%
4. Hidayat-Didik          11,33%
5. Faisal-Biem              5,06%
6. Alex-Nono                4,75%

apakah warga Jakarta sudah cerdas dengan tidak bisa lagi untuk di "setir" untuk memilih salah satu calon tertentu, atau apakah warga Jakarta sudah muak dengan keadaan nyata dengan kemacetan,banjir,kesenjangan sosial, yang kaya tambah kaya yang miskin berobat aja susah. mari kita diskusikan dengan memberikan komentar segar dan kritis.

mari kita tunggu hasil resmi dari KPU yang akan diumumkan pada tanggal 20 July 2012 dan Pilkada putaran kedua akan berlangsung 20 September 2012.

Jika penulis boleh bermimpi menjadi KPU DKI, siapapun yang terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta kita dukung sepenuh hati dan buat yang tidak terpilih akan dijadikan staff ahli atau special forces untuk membantu gubernur dalam mengatasi Pekerjaan Rumah Jakarta sudah sampai titik klimaks yang sangat kekuatan para pemimpin yang benar- benar mumpuni, pro rakyat, dan sosok yang tidak mengedepankan partainya tapi "action' atau tindakan nyata kepada rakyat, pemberdayaan warga serta kesejahteraan rakyat.

amin











4 komentar:

  1. TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rekapitulasi perolehan suara pilgub belum diumumkan resmi KPU DKI Jakarta. Namun, berbagai asumsi telah digulirkan, apakah pilgub tahun ini berlangsung satu putaran atau dua putaran.
    Ketua Pokja Sosialisasi, Pemungutan, dan Penghitungan Suara KPU DKI Jakarta Sumarno menjelaskan, putaran kedua Pilgub DKI 2012 digelar, jika tak ada satupun pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang memperoleh hasil suara lebih dari 50 persen atau 50 persen plus satu orang.
    "Kalau tidak ada cagub yang peroleh suara lebih dari 50 persen di putaran pertama ini, putaran kedua akan dilaksanakan," ujarnya di Gedung Praja Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (13/7/2012).
    Mekanisme tersebut, lanjut Sumarno, sesuai pasal 11 ayat 2 UU No 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
    Jika ada pasangan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta yang memperoleh suara lebih dari 50 persen, maka pasangan cagub dan cawagub tersebut ditetapkan sebagai pemenang di Pilkada DKI Jakarta 2012.
    "Kalau ada pasangan cagub dan cawagub DKI yang memperoleh suara lebih dari 50 persen, akan dilantik sebagai gubernur dan wakil gubernur 2012-2017. Jika begitu, otomatis tak ada putaran kedua," jelasnya. (*)

    BalasHapus
  2. TEMPO.CO, Jakarta - Hasil hitung cepat pemilihan gubernur DKI Jakarta untuk sementara bertabrakan dengan hasil-hasil survei sebelumnya. Empat lembaga survei--Indo Barometer, Sugeng Sarjadi School of Government, Lingkaran Survei Indonesia, dan Puskaptis (Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis) menyatakan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli bakal menang mudah. Pasangan yang biasa disebut Foke-Nara ini meraih suara 36,7 persen sampai 47,2 persen.

    Hasil perhitungan cepat sementara ternyata berbicara lain. Justru pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama yang unggul sementara. Menurut hitungan cepat Indo Barometer, Rabu, 11 Juli 2012, hingga pukul 15.30 Jokowi-Basuki meraih 46,9 persen suara. Adapun Foke-Nara hanya 28,8 persen. Data yang masuk hitung cepat Indo Barometer mencapai 64,7 persen dari total suara.

    Hasil serupa terlihat pada perhitungan cepat Lingkaran Survei Indonesia. Jokowi-Ahok meraih 43,04 persen suara. Posisi kedua ditempati pasangan incumbent Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli sebesar 34,18 persen suara. Peringkat ketiga ditempati pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini dengan 11,1 persen, disusul duet independen Faisal Basri-Biem Benjamin 5,2 persen. Pasangan Alex Noerdin-Nono Sampurno hanya meraih 4,37 persen suara. Adapun pasangan Hendardji-Riza meraih 1,84 persen suara. Data yang masuk hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia mencapai 75 persen dari total suara.

    Menurut LSI, perbedaan ada di swing voter yang mencapai 30 persen. Kemungkinan aktivitas kampanye tim Jokowi-Ahok bekerja lebih efektif dan berhasil meraih simpati dari para swing voter. Kemungkinan lain jumlah pendukung Foke beralih ke kandidat lain atau memilih menjadi golongan putih.

    J.J. Rizal, sejarawan yang juga pengamat Kota Jakarta, menilai Jokowi berhasil merebut hati masyarakat. "Pendapat-pendapat Jokowi sangat berani, berbeda dengan Foke yang lebih berhati-hati," kata Rizal seperti dikutip TV One.

    Menurut data Indo Barometer, pasangan Jokowi memenangi di hampir semua wilayah pemilihan Jakarta kecuali Jakarta Selatan. Jokowi-Ahok menang di Jakarta Timur (40 persen), Jakarta Pusat (45,8 persen), Jakarta Utara (47,4 persen), dan Jakarta Barat (48,9 persen).

    Data itu senada dengan hasil hitungan cepat Lingkaran Survei Indonesia. Foke cuma menang di Jakarta Selatan (37,8 persen). Adapun Jokowi menang di Jakarta Timur (43,65 persen), Jakarta Pusat (41,59 persen), Jakarta Utara (48,19 persen) dan Jakarta Barat (46,7 persen)

    Lingkaran Survei Indonesia
    1. Fauzi-Nachrowi 34,18% -- survei sebelumnya 25 Juni 2012 43,7%
    2. Hendarji-Riza 1,84% -- survei sebelumnya 1,2%
    3. Jokowi-Ahok 43,04% -- survei sebelumnya 14,4%
    4. Hidayat-Didik 11,81% -- survei sebelumnya 8,3%
    5. Faisal-Biem 4,75% -- survei sebelumnya 5,8%
    6. Alex-Nono 4,37% -- survei sebelumnya 3,9%

    Indo Barometer
    1. Fauzi-Nachrowi 32,3% -- survei sebelumnya 22 April 2012 36,6%
    2. Hendarji-Riza 2,4% -- survei sebelumnya 1,4%
    3. Jokowi-Ahok 44,9% -- survei sebelumnya 17,9%
    4. Hidayat-Didik 11,1% -- survei sebelumnya 18,5%
    5. Faisal-Biem 5,2% -- survei sebelumnya 4,1%
    6. Alex-Nono 4,7% -- survei sebelumnya 3,6%

    BalasHapus
  3. Jakarta Panwaslu DKI Jakarta melakukan real count atas penghitungan suara di TPS. Dari laporan penghitungan suara di 9.241 TPS yang sudah masuk, pasangan Jokowi-Ahok unggul mengalahkan pasangan Foke-Nara.

    "Hasil real count Panwaslu DKI, Jokowi-Basuki mendapatkan 1.104.011 suara dan Fauzi-Nachrowi mendapatkan 966.032 suara," kata Ketua Panwaslu DKI, Ramdhansyah kepada wartawan di kantornya, Jl Suryopranoto, Jakpus, Jumat (13/7).

    Menurutnya, perhitungan suara itu didapat berdasarkan formulir C2 dari petugas Panitia Pelaksana Lapangan (PPL) di tempat pemungutan suara (TPS). Panwaslu DKI telah menghitung 3.080.992 suara dari 9.241 TPS.

    "Total suara yang direkap sudah mencapai 62 persen dari total TPS sebanyak 15.059 TPS. Real count Panwaslu DKI ini untuk data pembanding dengan KPUD," tuturnya.

    Ia menjelasakan, dari perhitungan yang dilakukan Panwaslu DKI, pasangan Joko Widodo dan Basuki Purnama berada di peringkat pertama dengan perolehan 1.104.011 suara. Menyusul di peringkat kedua, yakni pasangan Fauzi Bowo (Foke)-Nachrowi Ramli (Nara) dengan perolehan 966.032 suara.

    "Lalu di posisi ketiga pasangan Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini dengan perolehan 326.674 suara. Di posisi ke empat, pasangan Faisal Basri Biem-Benjamin dengan perolehan 175.894 suara," kata Ramdhansyah

    "Sedangkan di posisi kelima, pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono 136.054 suara. Dan posisi terakhir, yakni pasangan Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria yang 94.427 suara," imbuhnya.

    BalasHapus
  4. Kpujakarta.go.id- Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta resmi menghitung hasil akhir rekapitulasi suara Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Keputusan dalam pleno terbuka KPU DKI Jakarta di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (19/7).

    Hasilnya, pasangan calon nomor urut satu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara) dengan 1.476.648 suara (34,05%), pasangan calon nomor urut dua, Hendardji Supandji-Ahmad Riza Patria dengan 85.990 suara (1,98%), pasangan nomor urut 3, Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama 1.847.157 suara (42,60%), pasangan calon nomor urut empat, Hidayat Nur Wahid-Didik Junaedi Rachbini dengan jumlah suara 508.113 (11,72%). Kemudian, pasangan calon jalur independen dengan nomor urut lima, Faisal Batubara-Biem Benyamin dengan jumlah 215.935 suara (4,98%) dan pasangan calon nomor urut enam Alex Noerdin-Nono Sampono memperoleh 202.643 suara (4,67%).

    "Total jumlah suara sah seluruh pasangan calon 4.336.486. Jumlah suara tidak sah 93.047. Sehingga jumlah total suara sah dan tidak sah, 4.429.533," ujar Dahliah.

    Jumlah data pemilih yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada DKI Jakarta, laki-laki 3.543.970, perempuan 3.418.378. Jumlah total DPT 6.962.348.

    Untuk jumlah pemilih yang gunakan hak pilih, laki-laki 2.144.887 perempuan 2.262.254. Total 4.407.141. Jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih, laki-laki 1.399.083, perempuan 1.156.124, total 2.555.207.

    Jumlah pemilih dari TPS lain 12.332. Pemilih yang tercatat dalam DPS yang tak tercetak dalam SDPT yang menggunakan hak pilih 10.060.

    Jumlah surat suara secara keseluruhan ditambah cadangan sebesar 7.157.279. Surat suara terpakai 4.429.533. Surat suara yang dikembalikan pemilih karena rusak keliru coblos 11.221. Surat suara tidak terpakai 2.716.525.

    Untuk klasifikasi surat suara terpakai dan TPS, surat suara sah untuk seluruh pasangan calon berjumlah 4.336.486, tidak sah 93.047. Total jumlah 4.429.533.

    "Dari hasil yang ada sudah dipastikan putaran kedua, karena tidak ada calon yang memperoleh 50 persen lebih," terang Ketua Kelompok Kerja Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU DKI, Sumarno. “Putaran kedua akan digelar sesuai jadwal, yakni pada 20 September.”

    Dalam putaran kedua ini, kata Sumarno, pesertanya sudah dapat dipastikan. Yakni pasangan calon nomor urut satu Foke-Nara dan pasangan nomor urut tiga, Jokowi-Ahok. "Dan dalam putaran kedua, tidak akan mengubah nomor urut, tetap satu dan tiga," ujarnya.

    Dahliah menegaskan, pihaknya tetap akan mengikuti aturan UU kekhususan Nomor 29/2007 Pasal 11 yang menyatakan bahwa kepala daerah terpilih harus mengantongi suara 50 persen plus satu.

    "Selama UU ini berlaku maka KPU harus ikuti UU itu. Hari ini tak ada pasangan calon yang mencapai 50 persen plus satu, maka harus ada putaran kedua," jelasnya.

    Dahliah menambahkan, KPU DKI juga tidak akan mengubah jadwal pencoblosan putaran kedua Pemilukada DKI. Sebab, sejak awal KPU sudah menetapkan jadwal hingga kemungkinan putaran kedua.

    "Kita sudah tetapkan jadwal, ada alasannya. Surat dari tim Jokowi yang meminta jadwal mundur, akan kami baca dulu, nanti akan kita balas," katanya.

    Jadwal putaran dua akan tetap dilakukan sesuai surat keputusan KPU DKI Jakarta. Kemudian tinggal disusun langkah-langkah aspek logistik. "Masalah DPT belum diputuskan pada putaran kedua," tandasnya.

    BalasHapus

Saran dan Masukan silahkan

Arsip Blog

Pengikut

Linkedin

Kontributor